Archives for category: Uncategorized

TUGAS MAKALAH LEMBAGA BANK DAN KEUANGAN

Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank Umum Dan Bank BPR

Disusun oleh :

Pebi Achmad Fauzi

113104042

UNIVERSITAS SILIWANGI

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 19 Oktober 2012

Penyusun

i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………i

Daftar Isi ………………………………………………………………………………ii

Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank Umum Dan Bank BPR……………… 1

Pengertian Tingkat Kesehatan Bank………………………………………………. 1

Penilaian Tingkat kesehatan Bank ………………………………… ………………1

Penjelasan Metode Camel…………………………………………………………… 3

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….. 8

ii

Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank Umum Dan Bank BPR 

Kebijakan perbankan yang dikeluarkan dan dilaksanankan oleh BI pada dasarnya adalah ditujukan untuk menciptakan dan memelihara kesehatan, baik secara individu maupun perbankan sebagai suatu sistem. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah seperti apakah bank yang disebut sehat itu?

Apa saja yang menjadi indikator kesehatan sebuah bank dan bagaimana pengukurannya?

Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Assets Quality, Management, Earning dan Liquidity). Seiring dengan penerapan risk based supervision,

1

penilaian tingkat kesehatan juga memerlukan penyempurnaan. Saat ini BI tengah mempersiapkan penyempurnaan sistem penilaian bank yang baru, yang memperhitungkan sensitivity to market risk atau risiko pasar. Dengan demikian faktor-faktor yang diperhitungkan dalam system baru ini nantinya adalah CAMEL. Kelima faktor tersebut memang  merupakan faktor yang menentukan kondisi suatu bank. Apabila suatu bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor tersebut (apalagi apabila suatu bank mengalami permasalahan yang menyangkut lebih dari satu faktor tersebut), maka bank tersebut akan mengalami kesulitan.

Sebagai contoh, suatu bank yang mengalami masalah likuiditas (meskipun bank tersebut modalnya cukup, selalu untung, dikelola dengan baik, kualitas aktiva produktifnya baik) maka apabila permasalahan tersebut tidak segera dapat diatasi maka dapat dipastikan bank tersebut akan menjadi tidak sehat. Pada waktu terjadi krisis perbankan di Indonesia sebetulnya tidak semua bank dalam kondisi tidak sehat, tetapi karena terjadi rush dan mengalami kesulitan likuiditas, maka sejumlah bank yang sebenarnya sehat menjadi tidak sehat.

Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan dasar ini, maka penggunaan factor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara bank umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank umum dan BPR ditetapkan sebagai berikut :

Tabel Bobot CAMEL

No.

Faktor CAMEL

Bobot

Bank Umum

BPR

1.

2.

3.

4.

5.

Permodalan

Kualitas Aktiva Produktif

Kualitas Manajemen

Rentabilitas

Likuiditas

25%

30%

25%

10%

10%

30%

30%

20%

10%

10%

2

Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada bobot masing-masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya dilakukan sama tanpa ada pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian berikut, yang dimaksud dengan penilaian bank adalah penilaian bank umum dan BPR.

Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.

Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan melakukan kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor dan komponen tersebut selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan suatu bank.

Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system kredit yang dinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang lain yang sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank.

Berdasarkan kuantifikasi atas komponen-komponen sebagaimana diuraikan di atas, selanjutnya masih dievaluasi lagi dengan memperhatikan informasi dan aspek-aspek lain yang secara materiil dapat berpengaruh terhadap perkembangan masing-masing faktor. Pada akhirnya, akan diperoleh suatu angka yang dapat menentukan predikat tingkat kesehatan bank, yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat.

Berikut ini penjelasan metode CAMEL :

1. Capital

Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di negara-negara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari dua hal, yang pertama adalah karena modal yang jumlahnya kecil, yang kedua adalah kualitas modalnya yang buruk. Dengan demikian, pengawas bank harus yakin bahwa bank harus mempunyai modal yang cukup, baik

3

jumlah maupun kualitasnya. Selain itu, para pemegang saham maupun pengurus bank harus benar-benar bertanggung jawab atas modal yang sudah ditanamkan.

Berapa modal yang cukup tersebut? Pada saat ini persyaratan untuk mendirikan bank baru memerlukan modal disetor sebesar Rp. 3 trilyun. Namun bank-bank yang saat ketentuan tersebut diberlakukan sudah  berdiri jumlah modalnya mungkin kurang dari jumlah tersebut. Pengertian kecukupan modal tersebut tidak hanya dihitung dari jumlah nominalnya, tetapi juga dari rasio kecukupan modal, atau yang sering disebut sebagai Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio tersebut merupakan perbandingan antara jumlah modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Pada saat ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku, CAR suatu bank sekurang-kurangnya sebesar 8%.

2. Assets Quality

Dalam kondisi normal sebagian besar aktiva suatu bank terdiri dari kredit dan aktiva lain yang dapat menghasilkan atau menjadi sumber pendapatan bagi bank, sehingga jenis aktiva tersebut sering disebut sebagai aktiva produktif. Dengan kata lain, aktiva produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam  bentuk pembiayaan, piutang, surat berharga, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Di dalam menganalisis suatu bank pada umumnya perhatian difokuskan pada kecukupan modal bank karena masalah solvensi memang penting. Namun demikian, menganalisis kualitas aktiva produktif secara cermat tidaklah kalah pentingnya. Kualitas aktiva produktif bank yang sangat jelek secara implisit akan menghapus modal bank. Walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar, apabila kualitas aktiva produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara lain terkait dengan berbagai permasalahan seperti pembentukan cadangan, penilaian asset, pemberian pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya.

4

Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif di dalam ketentuan perbankan di Indonesia didasarkan pada dua rasio yaitu:

1)      Rasio Aktiva Produktif Diklasifikasikan terhadap Aktiva

Produktif (KAP 1). Aktiva Produktif Diklasifikasikan menjadi Lancar, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Rumusnya adalah :http://mdhaqiqi.files.wordpress.com/2010/01/aset1.jpg?w=300&h=62

Penilaian rasio KAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

·         Untuk rasio sebesar 15,5 % atau lebih diberi nilai kredit 0 dan

·         Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,49% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

2)      Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva

Produktif yang diklasifikasikan (KAP 2). Rumusnya adalah :

http://mdhaqiqi.files.wordpress.com/2010/01/aset2.jpg?w=300&h=58

Penilaian rasio KAP untuk perhitungan PPAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut untuk rasio 0 % diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1 % dari 0 % nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

3. Management

Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat tidaknya suatu bank. Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu manajemen sebuah bank mendapatkan perhatian yang besar dalam penilaian tingkat kesehatan suatu bank diharapkan dapat menciptakan dan memelihara kesehatannya.

Penilaian faktor manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhadap bank yang bersangkutan. Penilaian tersebut dilakukan dengan mempergunakan sekitar seratus kuesioner yang dikelompokkan dalam dua kelompok besar

5

yaitu kelompok manajemen umum dan kuesioner manajemen risiko. Kuesioner kelompok manajemen umum selanjutnya dibagi ke dalam sub kelompok pertanyaan yang berkaitan dengan strategi, struktur, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan, budaya kerja. Sementara itu, untuk kuesioner manajemen risiko dibagi dalam sub kelompok yang berkaitan dengan risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum dan risiko pemilik dan pengurus.

4. Earning

Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila bank selalu mengalami kerugian dalam kegiatan operasinya maka tentu saja lama kelamaan kerugian tersebut akan memakan modalnya. Bank yang dalam kondisi demikian tentu saja tidak dapat dikatakan sehat.

Penilaian didasarkan kepada rentabilitas atau earning suatu bank yaitu melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan pada dua macam, yaitu :

1)      Rasio Laba terhadap Total Assets (ROA / Earning 1). Rumusnya adalah :http://mdhaqiqi.files.wordpress.com/2010/01/earning1.jpg?w=300&h=74

Penilaian rasio earning 1 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 0 % atau negatif diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah dengan nilai maksimum 100.

2)      Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (Earning 2). Rumusnya adalah :

http://mdhaqiqi.files.wordpress.com/2010/01/earning2.jpg?w=300&h=65

Penilaian earning 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan setiap penurunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

6

5. Liquidity

Penilaian terhadap faktor likuiditas dilakukan dengan menilai dua buah rasio, yaitu rasio Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal Inti dan rasio Kredit terhadap Dana yang Diterima oleh Bank. Yang dimaksud Kewajiban Bersih Antar Bank adalah selisih antara kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain. Sementara itu yang termasuk Dana yang Diterima adalah Kredit Likuiditas Bank Indonesia, Giro, Deposito, dan Tabungan Masyarakat, Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan (tidak termasuk pinjaman subordinasi), Deposito dan Pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan, dan surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan.

Liquidity yaitu rasio untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank didasarkan atas dua maca rasio, yaitu :

1)      Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap Aktiva Lancar. Rumusnya adalah :

http://mdhaqiqi.files.wordpress.com/2010/01/liquiditas1.jpg?w=300&h=63

Penilaian likuiditas dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan sebesar 1% mulai dari nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

2)      Rasio antara Kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. Rumusnya adalah :

http://mdhaqiqi.files.wordpress.com/2010/01/liquiditas2.jpg?w=300&h=74

Penilaian likuiditas 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 115 atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai kredit ditambah 4 dengan nilai maksimum 100.

7

DAFTAR PUSTAKA

Hernawa Rachmanto, “ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL”, UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA, YOGYAKARTA, 2006

8

Anggunnya Merpati di Sekitar Masjidil Haram dengan Berbagai Mitos dan Cerita Sejarahnya Burung merpati merupakan jenis unggas kesayangan banyak orang. Dulu merpati dapat digunakan sebagai sarana mengirim surat, sehingga dikenal sebagai merpati pos. Di London dan di Roma, burung merpati menjadi unggas penghias taman kota. Di Indonesia merpati menjadi unggas peliharaan.

Demikian pula halnya di Mekkah, khususnya di sekitar masjidil haram terlihat banyak sekelompok merpati liar mencari makan di jalanan dan pelataran masjid. Ketika melewati halaman Masjidil Haram, burung merpati dengan jumlah mencapai ratusan beterbangan dan berebut makanan yang sengaja diberikan oleh para jamaah yang berada ditempat itu. Terkadang burung itu sudah jinak karena walaupun kita berada tak jauh. Burung merpati yang ada di Mekah maupun Madinah ternyata sama dengan Merpati lainnya, tidak mempunyai keistimewaan khusus dibanding dengan merpati lainnya. Tapi merpati Mekkah yang sering dijumpai di halaman Masjidil Haram beda dengan jenis merpati Eropa atau Indonesia. Warnanya unik dan bulunya dihiasi dengan dua garis melintang mirip pangkat seorang perwira dalam ketentaraan.

Diriwayatkan, merpati Mekkah terkait dengan sejarah hijrah Nabi Muhammad SAW. Ketika itu Rasulullah bersama sahabat Abubakar sedang dikejar kaum Quraisy, beliau lalu bersembunyi di Gua Hira untuk menghidar dari pengejaran. Pada saat itulah di pintu gua bersarang laba-laba dan pada saat yang sama ada pula burung merpati sedang bertelur. Karena melihat pintu gua ditutup laba-laba dan ada merpati bertelur, maka kaum Quraisy memastikan tidak mungkin sesorang bisa bersembunyi di dalam gua, dan Rasulullah dan Abubakar r.a. akhirnya lolos. Hanya saya jika berada di tanah suci Mekah, kita dilarang untuk menangkap apalagi berburu burung merpati tersebut, baik dalam ihram maupun tidak. Kecuali setelah berada di luar kota Mekah, itupun bukan untuk yang sedang ihram. Firman Allah : ““Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan ketika kamu sedang ihram” . Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Sesungguhnya Allah memuliakan kota Mekkah, maka tidak halal bagi seseorang sebelumku dan juga setelahku. Sesungguhnya dia halal bagiku sesaat dari waktu siang. Tidak boleh dicabut tanamannya, tidak boleh dipotong pohonnya dan tidak boleh diusir binatang buruannya” Sekarang kumpulan merpati Mekkah dapat disaksikan di sudut-sudut Mekkah. Kabarnya, ini menjadi petunjuk musim. Semakin banyak burung merpati berkumpul ke Mekkah pertanda bahwa Tanah Suci akan diselimuti musim dingin. Orang Arab sering mengambil istilah ‘dia baik laksana merpati Mekkah’ sebagai analogi bagi seseorang, hewan, atau burung yang baik.

Diseluruh penjuru dunia kerumunan merpati mudah sekali ditemukan, seperti di lapangan kota London atau seputar Gereja Notterdam, Paris, Perancis. Namun demikian, merpati-merpati itu berbeda dengan merpati Mekkah. Sebagian penulis sejarah Arab menduga bahwa merpati yang berada di sekitar Baitullah, Mekkah dan Madinah adalah keturunan sepasang merpati yang dulu pernah membangun sarangnya di depan gua tempat Rasulullah saw dan Abu Bakr ash Shiddiq bersembunyi dari kejaran orang-orang Quraisy. Menurut sebagian orang merpati-merpati yang berada di sekitar Mekkah memiliki ciri yang berbeda dari merpati-merpati pada umumnya. Warnanya unik dan bulunya dihiasi dengan dua garis melintang mirip pangkat seorang perwira dalam ketentaraan. Tampaknya gerombolan merpati yang jinak tersebut mengelilingi ka’bah, berputar-putar sebanyak tujuh kali seolah-olah sedang bertawaf. Mungkin menganggap hal itu hanya sebuah kebetulan belaka, tapi kalau kita ingat kembali kepada Kekuasaaan Allah maka kita akan segera menyadari bahwasanya tidak ada hal yang tidak mungkin bagi Allah. Selain itu ada satu kasus lagi yang pasti lebih mencengangkan kita.

Langit Jazirah Arab terkenal dengan beragam jenis burung pemangsa seperti elang dan alap-alap. Merpati adalah mangsa empuk burung elang. Namun anehnya, tak seekor burung elang pun pernah terlihat berputar-putar mengincar merpati sebagai mangsanya. Penduduk Mekkah pun tidak jauh berbeda, mereka terkenal sangat menyukai kerumunan merpati-merpati ini. Mereka tak pernah merasa terganggu dengan kehadiran merpati-merpati ini, dan bahkan mereka membuat kesepakatan untuk tidak menyembelih burung-burung itu. Mereka juga suka membiarkan saja merpati-merpati itu masuk ke rumah-rumah mereka seolah-olah itu adalah bagian dari keluarganya. Tak jarang burung-burung itu juga ikut kebagian jatah makanan dari si tuan rumah.

Umumnya merpati-merpati itu bersarang di lubang-lubang angin dan bagian-bagian dinding yang berlubang. Ular yang terkenal menyukai telur merpati juga tidak terlihat seekor pun keluar menghampiri sarang-sarang mereka. Lalu dari mana ribuan burung-burung merpati itu mendapatkan makanan? Padahal merpati dikenal sebagai burung yang banyak memakan biji-bijian, sementara di sekitar Mekkah tidak ada ladang atau gudang biji-bijian. Kalau hanya mengandalkan roti pemberian dari penduduk sekitar saja niscaya itu takkan mengenyangkan perut merpati. Dan meskipun banyak anak-anak kecil yang berdagang makanan merpati disekitar Mekkah, toh itu juga tidak akan mencukupi kebutuhan ribuan perut merpati akan biji-bijian. Begitupun dengan kotoran mereka. Bagaimana bisa kota Mekkah dan sekitarnya bisa tetap dalam keadaan bersih meski diserbu ribuan kerumunan merpati. Agaknya tak seorangpun bisa menjawabnya kecuali mengembalikan segalanya hanya kepada Allah Elang yang beberapa terlihat saat pergi ke Hudaibiyah, tempat bersejarah di mana Rasulullah pernah membuat perjanjian dengan kaum kafir Quraisy, akhir pekan lalu. Mereka terbang berpencar di atas area peternakan unta dan domba. Saya membayangkan, ular gurun pasti tengah tunggang langgang menyelamatkan diri begitu instink mereka menangkap kepakan sayap elang. Ular adalah hewan tak bertelinga, demikian SMS berikutnya saya terima.Burung-burung di Mekah seolah berbagi tugas. Burung-burung kecil di dalam kota dan burung besar di luar kota. Di sekitar Hasjidilharam, burung-burung kecil pun seolah saling tahu tentang peran masing-masing. Pagi hingga sore, merpati abu-abu yang “bertugas”. Dia terbang rendah dan hinggap di pelataran Masjidilharam secara bergerombol. Malam, giliran burung kecil seukuran pipit, saya tak tahu persis jenis burung apa, yang berjaga. Beda dengan merpati yang terbang rendah dan berinteraksi dengan jemaah, burung kecil ini cenderung terbang tinggi. Dia juga terbang di atas bagian tengah Masjidilharam, dekat area Ka`bah, hal yang tak dilakukan burung merpati. Pernah terlihat burung kecil itu terbang sangat rendah di atas Ka`bah, arah Hijr Ismail, suatu dini hari menjelang Subuh. Tiba-tiba dia menukik, dan hinggap beberapa jenak dekat talang Ka`bah. Kepalanya merendah, seperti bersujud. Begitukah cara burung bertasbih dan bersujud seperti dulu mereka lakukan mengikuti Daud Alaihi Salam? “Telah kami tundukkan gunung gunung dan burung burung, semua bertasbih bersama Daud, dan Kami lah yang melakukannya,” demikian firman Allah dalam Q.S. Al Anbiya ayat 79. Sebagian penulis sejarah Arab menduga bahwa merpati yang berada di seputar Baitullah, Mekah dan Madinah adalah keturunan sepasang merpati yang dulu pernah membangun sarangnya di depan goa tempat Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar Ash-Shiddiq bersembunyi dari kejaran orang-orang musyrik Quraisy.

Kala itu, kaum musyrik Quraisy mengutus rombongan untuk mengejar Nabi saw. dan membawanya kembali ke Mekah. Ketika menyaksikan sepasang merpati bersarang di pintu masuk Goa Tsur, orang-orang musyrik itu akhirnya memastikan tidak ada orang di dalamnya. Jika ada, merpati itu pasti terganggu dan meninggalkan sarangnya. Para pengejar itu pun menjauhi goa dan mencarinya di tempat lain. Barangkali karena hal itu, merpati menjadi kekasih seluruh penduduk Mekah hingga saat ini. Pantang bagi mereka untuk menyembelih merpati-merpati itu. Para mukimin atau warga Indonesia yang bekerja di Tanah Haram ini banyak yang mengingatkan jangan sekali-sekali mengganggu, menendang, atau bahkan menangkap merpati-merpati tersebut. Sebagian manusia pasti suka dengan kerumunan merpati itu, mereka mungkin menyukai merpati karena mereka adalah salah satu hewan monogami yang saling setia dengan pasangan masing-masing. Bahkan, tak jarang mereka memberi makan khusus untuk burung ini. Akibatnya, lantai pelataran Masjidilharam kerap kotor karena tumpukan makanan yang tak semuanya dilahap sang merpati. Terlihat sebagian jemaah yang mengeluarkan biji-bijian dari tas mereka.

Termasuk seorang rekan dari Jakarta. Titipan teman, demikian katanya.Jauh-jauh dari Jakarta menitipkan pecahan jagung untuk burung? Ah, tidak sesederhana itu rupanya. Apa kepercayaan, memberi makan burung identik dengan pesan untuk memanggilkan namanya di Multazam. “Burung akan turut mendoakan agar dia segera pergi ke Tanah Suci,” ujarnya. Berbeda lagi cerita dengan jemaah lainnya. Ia dititipi biji-bijian aneka rupa oleh kerabatnya yang sudah sepuluh tahun menikah tapi belum memiliki anak. “Dia bilang, bisa memancing untuk segera punya bayi,” ujarnya sambil tersenyum. Dan di Tanah Suci, dibukakan mata betapa mempercayai mitos sungguh tak ada gunanya. Ketika seekor merpati membuang kotoran tepat di punggung dan lengan. Konon, kejatuhan kotoran bisa bermakna ganda: ketiban rezeki atau bencana, kata banyak orang. Setelah peristiwa itu, baju bersih tercuci, harap-harap cemas menanti “vonis” kotoran merpati. Ternyata alhamdullillah mitos itu tak terjadi setelah sampai di rumah dalam keadaan selamat

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.